Mohon Keselamatan Laut, Jembrana Gelar Upacara Mulang Pakelem di Selat Bali

Ket Foto: Prosesi upacara mulang pekelem di selat Bali
banner 120x600

JEMBRANA – Pemerintah Kabupaten Jembrana bersama masyarakat adat hari ini menggelar upacara Mulang Pakelem yang dirangkaikan dengan Petik Laut di Selat Bali, tepatnya di sekitar Pelabuhan Gilimanuk, Jumat (25/7). Upacara besar ini bertujuan memohon perlindungan dan keselamatan bagi seluruh pengguna dan pemanfaat laut, khususnya di Selat Bali, menyusul beberapa insiden kecelakaan laut yang terjadi belakangan ini.

Dari pantauan detikBali, rangkaian upacara sakral ini dimulai di Dermaga LCM Pelabuhan Gilimanuk dan dipimpin oleh tiga orang Sulinggih. Ratusan masyarakat adat Gilimanuk tampak antusias mengikuti setiap prosesi sebelum melanjutkan upacara merarung (melarung sesaji) di tengah laut Selat Bali menggunakan KMP Agung Samudra IX.

banner 728x250

Wakil Bupati Jembrana, I Gede Ngurah Patriana Krisna (Ipat), menjelaskan bahwa upacara ini adalah bentuk upakara untuk memohon perlindungan atas pemanfaatan laut. “Selama ini kita memanfaatkan laut, baik itu sebagai sarana lalu lintas, kemudian untuk petik laut itu memanfaatkan hasil dari laut oleh nelayan,” ungkap Ipat usai pelaksanaan pakelem. “Intinya, acara hari ini adalah memohon perlindungan dan mengharapkan keselamatan kita semua, khususnya di Selat Bali ini,” imbuhnya.

Ipat juga berharap kegiatan Mulang Pakelem ini dapat rutin dilaksanakan setiap tahunnya, tentunya dengan mempertimbangkan biaya yang ada. Ia menyebutkan bahwa upacara kali ini merupakan bentuk partisipasi dari ASDP dan beberapa donatur.

Ipat menjelaskan perbedaan mendasar antara upacara Mulang Pakelem dengan pecaruan yang rutin dilakukan di Pelabuhan Gilimanuk. “Kalau pecaruan itu rutin dilakukan, namun untuk sekarang ada Mulang Pakelem itu dibedakan tingkatan bantennya (sesajinya),” jelasnya.

Pemilihan Mulang Pakelem kali ini didasari oleh beberapa kejadian luar biasa yang menimbulkan duka, seperti karamnya KMP Yunice pada tahun 2022 lalu dan KMP Tunu Pratama Jaya pada tahun ini di Selat Bali. “Pandangan kita dan teman-teman di sini perlu ada upacara ini (Mulang Pakelem),” tegas Ipat.

Wacana Jembatan Jawa-Bali: Butuh Kajian Mendalam

Dalam kesempatan yang sama, Ipat turut menanggapi wacana pembangunan jembatan yang menghubungkan Pulau Jawa dan Bali. Menurutnya, secara historis, Pulau Jawa dan Bali memang sengaja dipisahkan.

“Kalau sekarang kita bicara menyatukan dengan jalan (jembatan), perlu banyak pertimbangan dan perlu kajian terhadap rencana tersebut,” tegasnya, menekankan perlunya kajian yang pasti dan mendalam sebelum merealisasikan proyek sebesar itu.

Inisiatif Masyarakat dan Harapan Agenda Tahunan
Ketua Panitia Segara Kerthi Mulang Pakelem, IB Tony Wirahadikusuma, menjelaskan tujuan utama upacara ini adalah memohon keselamatan, terutama setelah insiden kapal tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya baru-baru ini. “Kami bersama Desa Adat berinisiatif untuk melaksanakan pakelem ini. Kami juga mendapatkan masukan dari tokoh,” jelasnya.

Pria yang juga menjabat sebagai Lurah Gilimanuk ini menambahkan, kegiatan ini terlaksana atas bantuan Pemerintah Daerah, PT ASDP, Gapasdap, dan PT Infa. Tingkatan banten yang digunakan dalam upacara ini meliputi Catur Bah, Caru Bebangkit, dengan pakelem berupa kerbau, kambing, ayam, dan bebek. Ia juga menyoroti tingginya toleransi di Gilimanuk, di mana pada bulan Suro juga dilaksanakan acara petik laut atau larung saji oleh kelompok nelayan Muslim, menunjukkan kerukunan antarumat beragama yang kuat.

“Harapan kita semua, kegiatan Mulang Pakelem ini menjadi agenda tahunan. Kami telah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi, Kabupaten, dan pemangku kepentingan di Pelabuhan Gilimanuk untuk menjadikan upacara ini agenda rutin,” tandas Tony, optimis kegiatan ini dapat terus menjadi bagian penting dari tradisi masyarakat Gilimanuk.

 

Loading

banner 728x250
banner 728x250

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 728x250