JEMBRANA – Keluarga I Komang Surata (56), salah satu korban tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali, menggelar upacara adat Hindu Bali “nebusin” di Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana, Bali, Sabtu (5/7). Upacara ini dilakukan sebagai bentuk permohonan kepada alam agar korban yang akrab disapa Mang Badenga segera ditemukan.
Upacara tersebut diikuti oleh tiga anggota keluarga, yakni istri, anak, dan seorang pemangku. Mereka membawa perlengkapan sesajen dan melemparkan seekor ayam hitam ke laut sebagai bagian dari ritual sakral.
“Tujuannya untuk menebus dan menukar keluarga kami (Mang Badenga) dengan ayam tersebut. Selain itu juga agar diberikan petunjuk lokasi. Segala upaya telah kami lakukan, dengan harapan segera bisa berkumpul kembali,” kata ipar korban, Jero Mangku Alit Supriani.
Anak kandung Mang Badenga, Kadek Oka Juni Persada (28), mengatakan bahwa keluarga dan para tetangga telah melakukan pencarian secara mandiri sejak kemarin. Mereka menyisir wilayah pesisir mulai dari Hutan Cekik hingga Pantai Penimbangan, namun hasilnya masih nihil.
“Semuanya, saudara hingga tetangga, kemarin ikut mencari namun masih belum membuahkan hasil. Jadi kami tetap menjalani sesuai adat Hindu Bali untuk upacara ini (nebusin),” ujar Oka.
Di tengah pencarian yang belum membuahkan hasil, duka kembali menyelimuti keluarga. Kakak kandung Mang Badenga, Made Sarti (60), meninggal dunia setelah mendengar kabar bahwa adiknya menjadi korban kapal tenggelam.
“Memang dari awal kami tidak memberitahu bibik saya, tetapi ada tetangga yang memberitahu. Akhirnya drop dan sempat dibawa ke Puskesmas. Setelah pulang malah lemas dan malam kemarin (Jumat, 4/7/2025) meninggal dunia,” jelas Oka.
Kini keluarga harus membagi fokus antara pencarian Mang Badenga dan persiapan upacara pengabenan untuk Made Sarti.
“Kita tetap berusaha melakukan hal yang terbaik agar ayah saya segera ditemukan,” pungkas Oka penuh harap.
Hingga hari ketiga pencarian, belum ada informasi terbaru terkait keberadaan Mang Badenga maupun korban lainnya yang masih hilang.